Jumat, 24 Juli 2009

Kilas Balik Kehidupan


Pernahkah Anda mengalami suatu kejadian atau tragedi atau musibah yang mungkin tidak Anda lupakan? Jika iya kemungkinan besar kejadian itu adalah awal atau titik tolak dalam kehidupan Anda. Banyak yang percaya kejadian itu merupakan peringatan Tuhan kepada hambaNya agar selalu ingat kepadaNya.
Seperti yang dialami seorang pilot Garuda bernama Abdul Rozaq. Pria yang mengawali karir di dunia pernerbangan sejak 1980 ini benar-benar tidak bisa melupakan kejadian yang pernah dialaminya. Kejadian itu terjadi saat ia menerbangkan pesawat Boeing 737-300 dari Mataram menuju Yogyakarta pada tanggal 16 Januari 2002. Kira-kira 10 menit menjelang landing, pesawat terguncang-guncang karena cuaca buruk. Dan secara tiba-tiba kedua mesin pesawat mati. Sejumlah penumpang berteriak-teriak Allauhuakbar-Allahuakbar berkali-kali menyebut nama Tuhan. Di ketinggian 8.000 kaki Kapten Abdul Rozaq saat itu berfikir pesawat akan jatuh dan semua penumpang termasuk dirinya akan tewas. Di saat sedang genting, tiba-tiba ia melihat suatu garis putih di tengah awan hitam. Ia pun mengarahkan pesawat yang mesinnya sudah mati itu ke garis putih itu. Dan saat itulah ia melihat sebuah sungai. “Saya langsung berinisiatif mendaratkan pesawat ke sungai itu. Benar-benar ajaib, pesawat mendarat mulus di sungai itu,”ujarnya tidak percaya. Ia mengaku sampai saat ini masih belum percaya bisa mendaratkan pesawat di sungai yang diapit dua jembatan itu. Pria kelahiran Kudus, 29 Maret 1957 itu percaya bahwa kejadian itu benar-benar ada campur tangan Tuhan. Sejak saat itu ia semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Walau awalnya ia trauma menerbangkan pesawat. Seiring perjalanan waktu kini Bapak dari 5 anak ini sudah kembali terbang menjelajah angkasa raya.

Kisah yang tak kalah mendebarkan adalah yang dialami Haji Hasan Tawil. Pria warga Palu, Sulawesi Tengah berusia 75 tahun ini adalah salah satu penumpang yang selamat ketika pesawat Merpati jatuh di pegunungan Tinombala, Sulawesi Tengah. Kejadian berawal saat ia bepergian dari Palu ke Toli-Toli pada 29 Maret 1977. Pesawat Twin Otter dengan 26 penumpang terbang dengan cuaca yang cukup cerah. Karena hendak mempersingkat waktu, pilot berinisiatif memotong jalur dengan terbang di atas gunung. “Kalau jalur normal adalah mengitari pantai dan terbang memutar,”ujar Hasan Tawil. Ketika sedang menerobos awan yang cukup tebal, tiba-tiba badan pesawat bergeser karena tiupan angin yang cukup kencang. Dan saat itulah, di depan pesawat sudah terbentang sebuah gunung. Sayap pesawat tiba-tiba patah karena menghantam pohon. Dan akhirnya pesawat terbelah dengan posisi tersangkut di atas pohon. Hasan Tawil tiba-tiba jatuh dan pingsan. Setelah sadar ia pun berjalan menyusuri bukit mencari pertolongan. Selama enam hari ia terus berjalan tanpa makan. “Saya hanya minum air sungai,” ujar Hasan Tawil mengenang.Dalam perjalanan itulah mantan anggota DPRD Kabupaten Palu ini mengalami beberapa kejadian yang dianggapnya cukup aneh. Salah satunya adalah ia mendengar suara adzan dan melihat sebuah masjid. Bersama seorang copilot yang juga selamat ia terus berjalan menuju bayangan yang dianggap seperti masjid itu. Dan, ternyata benar, di hari keenam ia melihat sebuah desa. Ia pun mendapat pertolongan dari penduduk setempat. Hingga kini ia masih menyimpan pakaian yang ia kenakan saat menumpang pesawat Merpati naas yang menelan korban 15 orang tewas dan 11 orang selamat.

Bagi Laura Lazarus penerbangan Lion Air Jakarta – Solo pada 30 November 2004 merupakan mimpi buruk dan menyisakan penderitaan yang tak terperikan. Ia yang bertugas sebagai pramugari waktu itu mengalami luka parah ketika pesawatnya gagal mendarat di Bandara Adi Sumarmo, Solo. Laura yang kala itu pingsan sudah dikira tewas. Dan ketika diselamatkan tubuhnya dijadikan satu dengan jenasah para korban. Laura menderita luka sangat parah. Terutama kaki dan wajahnya. Kakinya hancur dan tulang rahangnya patah. Total selama enam bulan ia dirawat dan dioperasi. “Kalau mengingat kejadian itu rasanya saya sudah ingin mati saja,” kata Laura yang mengaku dua kali mencoba bunuh diri. Namun kejadian itu ternyata membawa hikmah bagi gadis berusia 24 tahun ini. Jika waktu itu hubungannya dengan kedua orangtuanya tidak harmonis, kini ia sangat menyayangi mereka. Saat ini memang Laura tidak bisa bertugas kembali menjadi pramugari seperti impiannya waktu kecil. Namun ia bangkit dan menata hidupnya kembali. Selain menjadi motivator, saat ini Laura membuka usaha restauran yang diberi nama “Cobek Babe’ di kawasan Kelapa Gading, Jakarta
(from Kick Andy Artikel).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar